Selain Dicintai, Jokowi Juga Dibutuhkan
Jakarta - Budayawan Jaya Suprana menilai, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Capres PDI Perjuangan (PDI-P) bukan hanya figur yang dicintai rakyat tetapi juga dibutuhkan. Hal itu terlihat dari antusias masyarakat ketika menyambut Jokowi.
"Saya tidak percaya survei, tetapi melihat bagaimana sikap masyarakat kalau menyambut Jokowi. Saya pernah wawancara Jokowi di Tanah Abang, ribuan rakyat menyambutnya bahkan ikut wawancara. Mereka bukan hanya mencintai tapi membutuhkan," kata Jaya sewaktu berkunjung ke Beritasatu Plaza, di Jakarta, Jumat (25/4).
Jaya mengaku merasakan itu sewaktu mengadakan wawancara dengan Jokowi di Tanah Abang. Menurutnya, sudah menjadi kodrat bagi Jokowi untuk menjadi pemimpin bahkan menjadi Presiden Indonesia.
"Jadi saya kira sudah seperti kodrat memang dia (capres)," kata Bos Museum Rekor Indonesia ini.
Jaya menilai Jokowi memiliki ketulusan yang tidak dimiliki oleh tokoh-tokoh lain. Mantan Wali Kota Solo itu juga memiliki sikap sederhana seperti Bung Hatta. Bahkan, memiliki semangat juang yang tinggi melebihi tokoh proklamator itu.
Sifat-sifat itu membuat Jaya Suprana menolak tuduhan yang menyebut Jokowi didanai oleh cukong dalam pencapresan. Karena Jokowi memiliki kharisma yang tidak dimiliki oleh capres-capres lainnya.
"Ketulusan Beliau membuat saya tidak percaya diongkosi oleh siapapun. Dia ada Bung Hattanya, sederhana, semangat juangnya juga ada bahkan tinggi. Dia juga bisa melawan," ujarnya.
Menurutnya, Jokowi bukan hanya sosok yang populer tetapi memiliki kapasitas menjadi pemimpin. Artinya, Jokowi merupakan tipe pemimpin yang cerdas karena kepopuleran dan elektabilitasnya yang tinggi. Bukan sebaliknya, hanya unggul dalam popularitas saja.
"Semua lupa kenapa Jokowi populer ? Karena kapasitas dia. Dia berhasil memindahkan PKL tanpa penggusuran dengan upacara kerajaan sewaktu menjabat sebagai Wali Kota Solo, itu merupakan capaian yang luar biasa," jelasnya.
Dirinya berharap, jika nanti Jokowi terpilih sebagai presiden, yang bersangkutan tidak terjangkit amnesia dengan melupakan kepentingan atau harapan-harapan masyarakat. Namun yang terpenting adalah Jokowi memiliki kabinet yang solid.
"Saya khawatir tatanan kepresidenan kita penuh dengan amnesia. Semoga Jokowi bebas dari amnesia," harapnya.
Secara magnet elektoral, Jaya menilai, Jokowi lebih kuat ketimbang SBY pada 2004. Sebab, SBY lebih diuntungkan akan kondisi politik pada saat itu sementara elektoral Jokowi tinggi secara alamiah.
Penulis: E-11/FQ
Sumber:Suara Pembaruan
No comments:
Post a Comment