Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri membuka Kongres IV PDI-P di Sanur, Bali, Kamis (9/4/2015) / Kompas.cm
Megawati “Mengintimidasi” Jokowi
Dinamika perpolitikan Indonesia semakin kusut seperti benang kusut. Ini terbukti dari banyaknya rakyat yang golput saat pemilu-pemilu terdahulu. Hanya pada pemilu 2014 golput berkurang itupun karena ada Jokowi yang dicalonkan PDIP. Seumur-umur golput akhirnya turun gunung dan memutuskan tak golput saat pemilu 2014 kemarin.
Tak heran jika partai politik sudah tak bisa menampung aspirasi rakyat. Parpol sekarang sudah menjadi kerajaan-kerajaan kecil milik para ketumnya. Parpol hanya sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Setelah berkuasa rakyat dilupakan. Parpol hanya sebagai alat untuk mengeruk uang rakyat.
Makanya kenapa Ahok keluar dari Gerindra? Tidak semata karena Gerindra mendukung UU MD3. Padahal MD3 sudah direvisi dan pilkada dipilih langsung lagi. Namun Ahok tetap tak mau kembali ke Gerindra. Malah dalam kutipannya Ahok berkata,” Buat apa loyal kepada partai yang tidak loyal kepada rakyat”.
Demikian juga pak Jokowi walau menjadi kader PDIP tapi selalu tak dianggap sebagai orang penting di partai itu. Pak Jokowi yang berhasil mendongkrak perolehan PDIP di pemilu 2014 kemarin dan kini menjadi presiden RI bukan menjadi kebanggan PDIP malah selalu diintimidasi dan disindir-sindir dengan pidato ketum PDIP Megawati Soekarno Putri yang merasa khawatir akan dikhianati.
Jika ini terus dilakukan maka akan terjadi sekenario rakyat yang akan menjadikan Jokowi dan Ahok bergabung dalam partai baru yang dibentuk oleh rakyat yang telah muak dengan parpol yang sudah ada. Kemungkinan parpol baru ini akan segera terbentuk, tinggal menunggu waktu yang tepat.
Parpol baru ini bisa saja terbentuk tak lama lagi. Tergantung perlakuan ketum PDIP dan trah Soekarno kepada Jokowi. Jika terus-terusan menghambat dan merecoki semua kebijakan Jokowi sebagai presiden maka terbentuknya partai ini akan dipercepat.
Semua makhfum adanya. Siapapun tak akan tahan jika terus diintimidasi, disindir-sindir di depan umum. Kenapa harus menyindir kalau bisa disampaikan secara langsung. Menyindir akan menjatuhkan seseorang itu di depan umum dan tak punya harga diri.Apalagi orang itu sudah menjadi Presiden dengan rakyat 200 juta lebih. Alangkah lebih elegan jika Megawati menyampaikan langsung tanpa harus menyindir melalui pidatonya yang didengar seantero Nusantara.
Kesabaran manusia ada batasnya, demikian juga dengan pak Jokowi. Semakin dihina dan disindir-sindir kekuartannya akan muncul, kekuatan untuk menyebabkan rakyat “iba” kepada sosok Jokowi yang terus-terusan dibully (baca dizolimi). Kekuatan ini terpancar kuat sehingga tak ada yang bisa membendung, bahkan pak Jokowi sendiri juga tak menyadari kekuatannya ini.
Dengan kekuatan rakyat pendukung pak Jokowi dan Ahok yang masif ini maka jangan heran kekuatan dua manusia “nyleneh” ini akan bangkit menjadi monster yang menakutkan bagi parpol lain jika mereka berdua bersatu membentuk parpol baru.
Parpol baru bentukan Jokowi-Ahok ini adalah kekuatan baru dari rakyat yang sudah muak dengan parpol yang ada sekarang dan tak percaya dengan anggota dewan yang mereka hasilkan yang hampir semuanya berlaku culas dan “nggragas”. Hanya bikin malu rakyat yang memilih mereka kemarin.
Percaya atau tidak partai rakyat akan terbentuk dan menghantarkan Jokowi-Ahok menjadi presiden dan wakil presiden RI periode 2019-2024. Insya Allah.
Salam Kompasiana.
Pengamat Politik & Sosial Kemasyarakatan
follow @GUNAWANug
https://www.facebook.com/gunawankompasianer PIN BB 7961DB9F
Source : http://politik.kompasiana.com/2015/04/10/megawati-mengintimidasi-jokowi-736765.html
No comments:
Post a Comment