Wakil Gubernur DKI Jakata, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, naik Bis Kota Terintegrasi Busway (BKTB) saat berangkat menuju Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2014). Jumat minggu pertama di bulan Februari, PNS DKI Jakarta menggunakan angkutan umum berangkat kekantor. Hal itu sekaligus mencoba moda transportasi baru yaitu BKTB jurusan PIK - Monas. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)
Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan masyarakat sebenarnya memiliki objektivitas ketika memilih pemimpinnya.
JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan masyarakat sebenarnya memiliki objektivitas ketika memilih pemimpinnya. Biasanya, masyarakat bakal memilih bukan berdasarkan suku, ras maupun agama.
"Saya menyadari, tidak penting dari suku apa, ras maupun agama apa. Kalau karakter teruji, anda dipilih," ujar Basuki atau Ahok dalam acara Reformis Hibrida-Reformis Horizontal yang digelar di Ballroom Jakarta Teater, Jakarta, Sabtu (1/3/2014).
Pernyataan Ahok tersebut bukanlah tanpa fakta. Ia menjelaskan proses bagaimana dirinya masuk ke dunia politik di tengah masyarakat Belitung Timur yang mayoritas umat Muslim. Sebelum menjabat, ia masuk ke dunia politik melalui DPRD Tingkat II. Kala itu, Partai Bulan Bintang (PBB) menguasai 55 persen kursi DPRD.
"Kampung saya itu 93 persennya orang Muslim. Jadi kalau hitung-hitungan, orang turunan Tiong Hoa 6 persen, yang Kristen hanya 0,8 persen. Jadi saya tidak mungkin terpilih," kata Ahok.
Mengadopsi kutipan Presiden ke-16 Amerika Serikat, Abraham Lincoln yang mengatakan, 'Menguji karakter sejati seseorang, beri dia kekuasaan', Ahok membuktikan bahwa dirinya memiliki karakter yang bisa dipercaya oleh masyarakat Belitung Timur.
"Saya yakin rakyat itu mengerti teori ini meskipun belum semuanya mendengar," kata Ahok.
Source : tribunnews.com
No comments:
Post a Comment