Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat mengunjungi SMA Negeri Unggulan MH Thamrin, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (14/11/2012).
Basuki: Bapak Hati-hati, Saya Ini Auditor...
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kembali membuat bawahannya ketar-ketir. Bagaimana tidak, ia mengancam akan menyelidiki dugaan penyimpangan yang terjadi di SMA Negeri Unggulan MH Thamrin, Jalan Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.
"Bapak hati-hati, saya ini auditor. Kalau sebelumnya bisa lolos, sama saya tidak bisa. Bukannya sombong, Bapak mengelak terus dan saya bisa membaca otak Bapak," kata Basuki, Rabu (14/11/2012).
Pernyataan sinis itu dilontarkan Basuki lantaran dia geram dengan penjelasan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta dan pihak sekolah terkait kontrak kerja sama dengan Surya Institute tentang bantuan tenaga pengajar.
Di satu sisi, pihak sekolah dan komite menuding kesalahan ada di Dinas Pendidikan karena tak mengurus perpanjangan kontrak kerja sama, sementara Kadisdik melemparkan kekeliruan pada pihak sekolah lantaran tak membuat konsep kerja sama yang jelas, baik tentang pemberian honor, program, maupun lain sebagainya.
Basuki mencium terjadi praktik penipuan dalam kontrak kerja sama antara SMAN Unggulan MH Thamrin dengan Surya Institute. Hal itu terendus setelah ada laporan masuk dari seorang anggota komite sekolah yang menyampaikan bahwa kontrak kerja sama telah berakhir sejak Agustus 2012, tetapi anggarannya masih tercantum dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) tahun ajaran 2012-2013.
"Kontrak ini terancam sanksi pidana. Ini nipu Pemda dan DPRD. Kenapa kontrak putus tetapi masih dianggarkan? Dan apakah guru-guru itu sudah keluar dari Surya Institute?" ungkapnya.
Kontrak kerja sama dengan Surya Institute telah berlangsung sejak 2009. Kerja sama ini dirajut sesuai dengan visi dan misi SMAN Unggulan MH Thamrin sebagai sekolah berwawasan sains dan mencetak juara-juara olimpiade sains di kancah internasional.
Setiap tahunnya, SMAN Unggulan MH Thamrin harus menggelontorkan uang sekitar Rp 2 miliar untuk menggaji 11 guru yang berlabel Surya Institute. Masalah datang ketika kontrak kerja sama berakhir, tetapi program masih berlanjut dengan anggaran yang berasal dari APBD.
Saat ditemui di sekolahnya, Kepala SMAN Unggulan MH Thamrin Djumadi mengaku semua kesalahan berada di pihak Dinas Pendidikan Jakarta. Pasalnya, ia telah beberapa kali telah mengingatkan Dinas Pendidikan terkait masa kontrak yang akan berakhir dan harus segera diurus perpanjangannya. Akan tetapi, hal itu tak pernah digubris sampai jatuh masa akhir pada Agustus lalu.
"Kita beberapa kali sudah mengingatkan Dinas Pendidikan untuk mengurus surat perpanjangannya, tetapi enggak pernah direspons," kata Djumadi.
Lain halnya dengan Kadisdik DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto yang justru malah menyalahkan pihak sekolah terkait permasalahan ini. Ia menganggap permasalahan ini di luar kelalaiannya karena pihak sekolah tidak aktif menjelaskan program kerja sama yang diinginkan.
"Kita kan cuma memberikan payung hukum. Saya hanya menandatangani, sisanya itu menjadi tugas sekolah bersama komite," tandasnya.
"Bapak hati-hati, saya ini auditor. Kalau sebelumnya bisa lolos, sama saya tidak bisa. Bukannya sombong, Bapak mengelak terus dan saya bisa membaca otak Bapak," kata Basuki, Rabu (14/11/2012).
Pernyataan sinis itu dilontarkan Basuki lantaran dia geram dengan penjelasan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta dan pihak sekolah terkait kontrak kerja sama dengan Surya Institute tentang bantuan tenaga pengajar.
Di satu sisi, pihak sekolah dan komite menuding kesalahan ada di Dinas Pendidikan karena tak mengurus perpanjangan kontrak kerja sama, sementara Kadisdik melemparkan kekeliruan pada pihak sekolah lantaran tak membuat konsep kerja sama yang jelas, baik tentang pemberian honor, program, maupun lain sebagainya.
Basuki mencium terjadi praktik penipuan dalam kontrak kerja sama antara SMAN Unggulan MH Thamrin dengan Surya Institute. Hal itu terendus setelah ada laporan masuk dari seorang anggota komite sekolah yang menyampaikan bahwa kontrak kerja sama telah berakhir sejak Agustus 2012, tetapi anggarannya masih tercantum dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) tahun ajaran 2012-2013.
"Kontrak ini terancam sanksi pidana. Ini nipu Pemda dan DPRD. Kenapa kontrak putus tetapi masih dianggarkan? Dan apakah guru-guru itu sudah keluar dari Surya Institute?" ungkapnya.
Kontrak kerja sama dengan Surya Institute telah berlangsung sejak 2009. Kerja sama ini dirajut sesuai dengan visi dan misi SMAN Unggulan MH Thamrin sebagai sekolah berwawasan sains dan mencetak juara-juara olimpiade sains di kancah internasional.
Setiap tahunnya, SMAN Unggulan MH Thamrin harus menggelontorkan uang sekitar Rp 2 miliar untuk menggaji 11 guru yang berlabel Surya Institute. Masalah datang ketika kontrak kerja sama berakhir, tetapi program masih berlanjut dengan anggaran yang berasal dari APBD.
Saat ditemui di sekolahnya, Kepala SMAN Unggulan MH Thamrin Djumadi mengaku semua kesalahan berada di pihak Dinas Pendidikan Jakarta. Pasalnya, ia telah beberapa kali telah mengingatkan Dinas Pendidikan terkait masa kontrak yang akan berakhir dan harus segera diurus perpanjangannya. Akan tetapi, hal itu tak pernah digubris sampai jatuh masa akhir pada Agustus lalu.
"Kita beberapa kali sudah mengingatkan Dinas Pendidikan untuk mengurus surat perpanjangannya, tetapi enggak pernah direspons," kata Djumadi.
Lain halnya dengan Kadisdik DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto yang justru malah menyalahkan pihak sekolah terkait permasalahan ini. Ia menganggap permasalahan ini di luar kelalaiannya karena pihak sekolah tidak aktif menjelaskan program kerja sama yang diinginkan.
"Kita kan cuma memberikan payung hukum. Saya hanya menandatangani, sisanya itu menjadi tugas sekolah bersama komite," tandasnya.
Source : lipsus.kompas.com
No comments:
Post a Comment