Konstelasi politik Indonesia itu konstelasi penyanderaan.
Konstelasi politik Indonesia itu konstelasi penyanderaan. Semua pemain besarnya korup dan mereka saling tahu akan detail korupsinya masing-masing.
Dalam positive political theory, semua pemain politik melakukan tawar menawar berdasarkan kepentingan pribadi dan kelompok politiknya. Dalam kasus Indonesia, tawar menawarnya sangat jelas yaitu diam dan pura-pura tidak tahu. Ketika ada whistle blower dan individu anti korupsi, kalau bisa dijegal bersama-sama.
SBY, Bakrie, Prabowo, Megawati dan POLRI sebagai pemain besar adalah pemain yang sangat korup, tetapi mereka menghormati wilayah korupsi masing-masing, karena ketika mereka saling serang, mereka akan jatuh bersama-sama. Masing-masing pihak akan membeberkan kebobrokan yang lain.
Musuh bersama mereka adalah KPK yang semakin lemah dan individu populis bersih seperti Jokowi. Tentu saja SBY akan diam ketika KPK dihajar, karena ketika dia membela KPK , SBY akan dibuka kebobrokannya oleh POLRI. Sama ketika kasus Lapindo, SBY justru membantu Bakrie yang merupakan lawan politiknya, untuk melindungi kebobrokan mereka masing-masing. Dalam game theory, ini bisa menghasilkan positive sum game buat semua pelaku korupsi, aset mereka akan aman dan kesempatan korupsi di masa mendatang masih terbuka.
Titik equillibrium dari teater politik ini adalah political impasse, rakyat jadi korban dan politikus berpesta pora. Satu-satunya cara merubahnya adalah memasukkan variabel baru yang bisa mempengaruhi permainan politik, misalnya rakyat mengepung DPR agar membuat UU Anti Korupsi yang keras dan kejam. Rule of the game berubah, pelaku politik terpaksa harus berubah. Tanpa itu, political impasse akan selalu terjadi, KPK tinggal nama, dan koruptor akan semakin merajalela.
Source : FB Bayu Saylendra
No comments:
Post a Comment